Seneng akhirnya bisa mengakhiri perkuliahan dengan nilai yang cukup memuaskan dan merasa bebas beban pikiran skripsi yang mengisi pikiran selama setahun terakhir. Sedih karena sebentar lagi harus meninggalkan kehidupan sebagai mahasiswa dan khawatir karena sebentar lagi sudah harus memasuki dunia kerja yang nantinya akan menjadi rutinitas hidup hingga usia pensiun. Siap? Entah, tapi yang pasti siap atau ga siap dunia kerja udah di depan mata.
"Setelah lulus mau kerja apa dan di mana?"
"Kerja kantoran atau buka usaha baru aja?"
"Lanjutin bidang psikologi atau pindak haluan ke desain?"
"Passion gue sebenernya di mana sih?"
Pertanyaan-pertanyaan macam itu jadi pergumulan gue selama satu tahun terakhir. Meski lulusan psikologi, gue dikenal sebagai orang yang bisa dan punya hobi di dunia desain grafis, tapi apa itu passion gue? Dalam perjalanan satu tahun menjelang kelulusan tersebut akhirnya gue banyak mendedikasikan waktu buat eksplorasi passion mulai dari mencoba masuk dunia fotografi, menyediakan jasa freelance desain, bahkan sampai mencoba magang di sebuah production house.
Hasilnya? Nope, I don't find it fullfiling, at least until now. Kenapa? Karena sewaktu menjadi hobi, gue menghasilkan apa yang gua sukai, berbeda dengan konteks kerja yang mengharuskan gue menghasilkan apa yang "mereka" sukai.
Hasilnya? Nope, I don't find it fullfiling, at least until now. Kenapa? Karena sewaktu menjadi hobi, gue menghasilkan apa yang gua sukai, berbeda dengan konteks kerja yang mengharuskan gue menghasilkan apa yang "mereka" sukai.
Banyak bacaan dan hasil obrolan yang mengatakan baiklah bekerja sesuai dengan passion. "Kalau udah passion, kerja pun gak berasa kerja" katanya. Di Jepang sendiri ada konsep Ikigai atau reason for being. Tapi apakah semudah dan secepat itu menemukan Ikigai?
Sepupu gue yang sudah bekerja profesional, dalam suatu pertemuan berkata "Saat ini passion terlalu dipandang berlebihan". Kalau melihat kisah sukses seseorang yang merangkak naik dari posisi OB hingga menjadi direktur suatu perusahaan, apakah pada awal bekerja dia memiliki passion di posisi OB? Gue rasa nggak. Mendengar kisah perantau yang berjualan buah di pinggir Monas hingga saat ini sudah menjadi pengusaha sukses dan memiliki perkebunan sendiri, apakah dia memiliki passion berjualan buah dari awal bekerja? Gue rasa juga nggak. Jadi intinya adalah kerjakan apa yang bisa menghasilkan terlebih dahulu, biar sisanya mengikuti.
Sembari mencari pengalaman kerja lewat internship dan membuka usaha kecil-kecilan, hingga saat ini pun gue masih belum menemukan di mana passion gue sebenernya. Meskipun belum bisa sepenuhnya dibilang menyukai pekerjaan yang sekarang, at least I don't hate it.
Gimana dengan kalian? Udah menemukan passion? atau bahkan Ikigai?? Boleh loh ikutan share prosesnya hingga akhirnya bisa ketemu :)
Semoga bermanfaat.
Sembari mencari pengalaman kerja lewat internship dan membuka usaha kecil-kecilan, hingga saat ini pun gue masih belum menemukan di mana passion gue sebenernya. Meskipun belum bisa sepenuhnya dibilang menyukai pekerjaan yang sekarang, at least I don't hate it.
Gimana dengan kalian? Udah menemukan passion? atau bahkan Ikigai?? Boleh loh ikutan share prosesnya hingga akhirnya bisa ketemu :)
Semoga bermanfaat.